STREEEEESSSSS!!!!!


Kalau denger kata stress, biasanya yang kebayang adalah muke-muke ketekuk, bibir-bibir monyong yang siap mengumpat atau malah mata kosong menatap nanar *sampai hari ini gue gak tau nanar itu apa, kok ditatap-tatap*.

Orang yang stress kadang-kadang juga dicap sinting atau minimal kurang stabil mentalnya. Trus, kalau ada yang lagi stress, biasanya kita memilih untuk agak-agak jaga jarak. Bukan apa-apa, seringkali kita jadi sasaran kemarahannya. Kalau cuma sasaran kesedihan sih masih mending ya...paling-paling dicurhatin. Sukur-sukur kalo cakep orang stress-nya, bisa gampang digoyang tuh hatinya... he he he.

Tapi apa iya stress itu emang bener-bener cuman sebuah keadaan dimana secara psikologis tidak menyenangkan baik bagi yang mengalami atau orang-orang di sekitarnya. Ternyata nggak gitu-gitu amat. Stress itu gak selamanya jelek. Malah, konon kabar, hidup tanpa stress itu seperti tanah yang gak pernah kesiram hujan. Kering kerontaaaang....

Sebetulnya ada, setidaknya, dua tipe stress. Stress yang pertama disebut eustress dan yang kedua disebut distress. Biasanya kata stress sering kita asosiasikan dengan kondisi-kondisi distress. Padahal ada jenis stress lain... ya eustress itu.

Distress, kayaknya orang udah banyak tau nih. Ini jenis stress yang emang menyakitkan dan membuat rasa tidak nyaman. Fungsi-fungsi psikologis normal sudah mulai labil ketika distress datang. Respons emosional menjadi mudah terjadi. Bahkan respons biologis juga ikutan gampangan. Orang yang distress ini biasanya di tahapan tertentu juga akan menderita gejala-gejala medis dari intensitas ringan sampai berat. Jadi gak salah-salah amat kalau orang dulu sering bilang "sakit kebanyakan pikiran". Itu emang bener kok...

Eustress ini adalah sejenis stress yang kita rasakan ketika kita sedang bersemangat, merasa tertantang, dan bergairah atas sesuatu. Secara biologis, reaksi tubuh terhadap eustress mirip dengan distress, hanya saja dengan intensitas yang berbeda. Eustress biasanya gak sampe bikin sakit betulan. Eustress hanya membuat kita terjaga, siaga, dan siap bertindak dengan terfokus.

Eustress ini yang bertanggungjawab pada banyak sekali produktivitas manusia. Tanpa stress jenis ini, manusia akan menderita kebosanan dan kebengongan. Hidup akan jadi tidak bermakna karena kurang gairah. Nah, ketika kehidupan sehari-hari sudah tidak menantang lagi, maka eustress menghilang. Dengan kata lain, keadaan ini adalah keadaan dimana seseorang "bebas stress"! Yang ternyata sama nggak enaknya sama stress berat...hehehehe

Akibatnya, orang yang gak stress sama sekali itu suka nyari2 tantangan yang sekilas nampak tidak perlu. Bentuk tantangannya bisa macem-macem, tergantung orangnya. Dari mulai sekedar nyobain kuliner yang gak biasanya dimakan, nyetir mobil di tol sengebut-ngebutnya, ngadain perlombaan tujuhbelasan di bulan April, sampe coba-coba macarin salah satu dari personel duo Maia *aduh keceplosan*.

Jadi, sebenernya kita butuh untuk stress juga. Yah sebatas eustress tapinya. Karena tanpa itu, kita gak kreatif, gak produktif dan gak tif tif lainnya.

Sekarang, gimana caranya supaya kita tetap ada di eustress dan gak kejebak di distress? Gak ada satu obat yang manjur buat semua orang. Pada dasarnya untuk mengelola stress itu setiap orang harus mengandalkan keunikannya masing-masing. Gw punya temen yang kalok lagi bete dia langsung bersih-bersih kos-an. Abis itu dia akan merasa lebih baik. Ada juga yang hobinya jalan kaki sejauh-jauhnya. Macem-macem deh pokoknya.

Meskipun beragam, setidaknya ada dua hukum stress yang berlaku untuk kebanyakan orang. Pertama, sebagian besar penyebab stress itu adalah hal yang sebenarnya kecil. Kedua, biasanya orang mengalami distress karena dia membiarkan tingkat stress-nya menumpuk sedikit demi sedikit tanpa penanganan yang memadai. Kedua prinsip ini berhubungan satu sama lain.

Oleh karena itu, sarannya adalah usahakan untuk secepat mungkin menangani penyebab stress yang sudah menimbulkan rasa tidak nyaman. Salah satu caranya adalah dengan istirahat atau melakukan hal-hal yang dapat meredakan ketegangan. Mungkin hanya perlu satu dua tindakan kecil tapi kalau konsisten, akan dapat sangat membantu mengurangi stress yang menghambat produktivitas.

Tindakan kecil seperti apa? Ini saja dulu: setiap 90 menit melakukan aktivitas yang intens dan terfokus, istrihatlah 5 menit saja. Lalu teruskan aktivitasnya kalau belum selesai.

See ya...

0 komentar:

Posting Komentar